Untuk bisa sampai di
Kota Malang bukan merupakan hal yang mudah bagi kami bertiga saat itu. Karena
pada waktu itu keberangkatan kami berbarengan dengan waktu libur panjang, jadi
semua transportasi sudah penuh dengan orang-orang yang akan pergi mudik dan
liburan. tiket Kereta Api ke Malang pun tak luput dari serbuan masa, bahkan
tiket Bus yang bisa di bilang lebih mahal bagi kebanyakan masyarakat kelas
menengah ternyata sudah ludes terjual sejak dua minggu sebelumnya. Kami pun
kebingungan, dan mencoba mencari alternatif transportasi lainnya. kami pun
terus berikhtiar mencari bus yang masih kosong dan ternyata masih ada Bus
jurusan Bandung-Madiun yang baru terisi setengahnya, tetapi jika kami pergi ke
madiun terlebih dahulu tentunya akan menambah biaya transportasi lagi di tambah
jika pergi ke Madiun pun kami masih belum bisa sampai langsung ke Malang,
karena masih harus melakukan perjalanan ke kota Surabaya terlebih dahulu lalu
akhirnya melakukan perjalanan kembali menuju Kota Malang. Tapi tidak ada cara
lain selain menaiki bus tujuan Madiun itu. Dan akhirnya kami pun memutuskan
untuk merogoh kocek kantong kami lebih dalam lagi untuk bisa pergi kesana, kami
yakin pasti banyak hikmah dari perjalanan ini.
Sesampainya di kota
Malang, kami pun bergegas melanjutkan perjalanan ke Pasar Tumpang. Yupz, jalur
ke gunung semeru dari kota malang bisa di tempuh melalui Pasar Tumpang, dengan
mengendarai mobil truk atau jip yang di sewakan disana. Sekitar dua jam
perjalanan melewati jalan yang cukup terjal kami pun akhirnya sampai di desa
terakhir yaitu Ranu Pani.
setelah menyerahkan semua syarat-syarat administrasi untuk pendakian, kami pun sudah sangat siap untuk memulai petualangan.
setelah menyerahkan semua syarat-syarat administrasi untuk pendakian, kami pun sudah sangat siap untuk memulai petualangan.
Pukul 09.00 Dari Ranu
Pani, semuanya dimulai dengan berjalan. Ya, setapak demi setapak, kami pun mulai
mempercepat langkah yang sebelumnya begitu terasa lelah dengan perjalanan yang
telah di lewati tadi. Belum terlihat memang keindahan gunung semeru yang banyak
orang perbincangkan itu. Sepanjang perjalanan kami selalu bercakap-cakap
tentang rasa penasaran kami yang begitu sangat menggebu terhadap gunung ini. ‘’Bisa
nggk ya kita sampai di puncak?’’ ucap temanku sebari menundukan badannya. ‘’Insya Allah, tugas kita sekarang adalah
Ikhtiar akhi, untuk hasilnya kita serahkan ke Allah saja’’ tegas ku kepadanya.
Tak ada yang istimewa memang di sepanjang perjalanan ini, pemandangannya pun
sama saja seperti perjalanan ke gunung-gunung lainnya, berjalan mengitari
bukit-bukit yang lumayan terjal.
Setelah sekitar tiga
jam kami melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, pada pukul 12.00 siang akhirnya
kami pun sampai di Surganya Gunung Semeru, yaitu Danau Ranu Kumbolo. Kini terjawablah
sudah pertanyaanku selama ini. mengapa
banyak sekali orang berbondong-bondong ingin mengukirkan langkahnya di
sepanjang perjalanan menuju puncak Mahameru, dan jawabannya sederhana, mereka
hanya ingin menorehkan nama mereka dalam keindahan lukisan sang pencipta serta
mengukir jejak dan mengabadikannya. Begitu indah ternyata Ranu Kumbolo, dikelilingi
oleh bukit-bukit terjal yang dilapisi dengan rerumputan hijaunya. Suara burung pun
seolah menyambut kedatangan kami kesana. Udara yang begitu sejuk, air yang
sangat jernih dan hamparan langit yang biru membius kami untuk beristirahat sejenak
melepas rasa lelah setelah perjalanan yang cukup panjang.
Setelah memulihkan
tenaga dengan beristirahat di Ranu Kumbolo kami pun bergegas melanjutkan
perjalanan selanjutnya yaitu menuju Kalimati. Kalimati terletak tepat di bawah
kaki gunung semeru yang membutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan dari Ranu
Kumbolo. Kalimati adalah tempat yang biasanya dijadikan pemberhentian terakhir
untuk mendirikan tenda sebelum para pendaki melakukan sumit atack pada malam
harinya. Beranjak dari Ranu Kumbolo kami pun
melewati Rintangan pertama melewati Sebuah tanjakan yang sangat terjal
dan curam yang belakangan ini menjadi sebuah ikon dari Ranu Kumbolo. Yaitu
Tanjakan Cinta. Tanjakan yang penuh dengan cerita mistis yang romantis. Ya,
pasti teman-teman sudah mengetahui mitos tersebut. Penuh perjuangan memang
untuk menaiki tanjakan ini. Selain kecuramannya yang mnghabiskan tenaga, beban
barang yang dibawa pun menjadi salah satu penyebab kami agak lama melewati
tanjakan ini.
Namun ternyata keindahan
gunung semeru tak habis di Ranu Kumbolo saja. setelah bersusah payah melewati tanjakan
yang sangat romantis (Tanjakan Cinta) kami langsung disuguhi hamparan padang
savana yang begitu indah dengan di tumbuhi bunga-bunga lavender yang baru mau
mulai mekar. Oro-oro ombo nama tempat ini. kami masuk kedalam hamparannya,
menyelami keindahan setiap rantingnya, dan menelusuri setiap jalan setapak yang
diberikannya. Seperti masuk kedalam sebuah labirin, kami hanya di tuntun oleh
satu jalur jalan setapak dengan ranting-ranting dari bunga lavender yang
tingginya sama dengan tinggi kami. Haaah begitu kecilnya kami dan begitu
luasnya Bumi Allah ini. tak ada kekuatan yang mampu menandingi kekuatan Allah
SWT yang maha besar.
Sekitar 20 menit kami
berjalan melewati oro-oro ombo, selanjutnya kami melakukan perjalanan seperti
biasa melewati bukit-bukit yang cukup terjal yang sangat melelahkan. Perjalanan
kali ini ternyata melebihi target yang sebelumnya telah diperkirakan hanya 3
jam perjalanan. Nyatanya 4 jam perjalanan kami tempuh untuk sampai di kali
mati, kendalanya adalah cuaca yang tiba-tiba berubah menjadi begitu gelap dan
sangat dingin serta di tambah hujan yang cukup lebat membuat kami semakin
bersusah payah penuh perjuangan untuk sampai disana.
Sekitar pukul 18.20
kami pun sampai di kalimati dan langsung mendirikan tenda. Setelah tenda
berdiri kami cepat-cepat menyiapkan makanan dan mulai beristirahat karena nanti
malam kami sudah harus menempuh perjalanan kembali untuk pendakian yang
sesungguhnya menggapai puncak tertinggi pulau jawa, Mahameru.
Sekitar pukul 22.30
kami mempersiapkan perlengkapan pendakian kami untuk sampai di puncak. Dan
pukul 23.00 kami memulai perjalanan yang sesungguhnya. Malam itu udara begitu
dingin sampai terasa menusuk tulang. Cuaca di Kalimati saat itu cukup mendung,
tapi kami berharap semoga di puncak sana bisa melihat sunrise Mahameru yang selama ini kami impi-impikan. Sekitar 2 jam
perjalanan mendaki curamnya jalan setapak di kaki gunung semeru ini akhirnya
sampailah kami di tantangan yang sesungguhnya. Kami tiba di jalur pendakian
yang di penuhi dengan pasir dan bebatuan. Tak ada pohon disana, yang ada hanya
tepian jurang dan pasir yang begitu memberatkan kami. Sungguh perjalanan yang luar
biasa, setelah seharian kami berjalan kaki dengan penuh susah payah sekarang
tiba saatnya kami berada di tantangan akhir menuju puncak Mahameru. Tetapi
justru yang paling berat dan paling mengesankan bagi kami adalah pada saat
melakukan sumit atack ini, aksi kami
ini terbilang super nekad, disaat orang lain turun kembali dikarenakan badai
yang tiba-tiba saja datang menerpa, kami masih melanjutkan perjalanan untuk
sampai ke puncak. Di mulai dengan merangkak naik sampai berguling-gulingan, ini
lah saat yang luar biasa bagi kami. Sampai-sampai saya pribadi sempat ketiduran
pada saat beristirahat di sela-sela bebatuan, untung saja ada seorang pemuda
yang membangunkan saya. Oya pada saat sumit
atack kami bertiga berpisah dijalan dan suhu pada saat itu adalah -5
derajat celcius. Gelap pada saat itu, waktupun menunjukan pkl 05.00 dan tak ada
perkembangan tentang cuaca, masih tetap dalam keadaan badai yang cukup besar. Saya
pun melakukan solat subuh di perjalanan, sebari terduduk lesu dan badan yang di
penuhi dengan pasir saya pun berdo’a semoga bisa disampaikan ke tempat tujuan
saya yaitu puncak Mahameru. Sekitar satu jam perjalanan saya belum juga sampai
di puncak, yang ada badan terasa semakin membeku, bahkan kedua jari-jari tangan
saya sempat tak bisa di gerakan. Air dari hidung pun terus keluar, haaaah entah
sedang dalam keadaan apa saya waktu itu. Tak pernah saya merasakan udara
sedingin kulkas ini, tak pernah saya lemas karena kedinginan seperti ini dan
tak pernah saya susah bernafas karena begitu senyapnya udara pagi pada waktu
itu.
Keyakinan saya yang
bisa membawa saya ke tempat ini (Semeru). Dan saya yakin, keyakinan ini pula
yang akan membawa saya ke puncak tertingginya. Sekitar pkl 06.30 akhirnya mimpi
saya di tahun 2013 ini pun bisa tercapai. kami sampai di puncak tertinggi Pulau
Jawa. Badan yang di penuhi dengan pasir, rambut yang di penuhi dengan embun, dan
wajah yang sangat kotor sekali menjadi saksi perjuangan kami.
Sempat menitikan air
mata, karena pada waktu itu badai semakin mengganas. Saya tak bisa melihat
keindahan sunrise Mahameru, semuanya gelap di penuhi kabut serta angin besar
dan saya pun harus cepat-cepat bergegas turun sebelum mati kedinginan di tempat
ini. Serasa perjalanan saya ini sia-sia tak ada gunanya. Tapi ternyata bukan
itu esensinya, Allah telah memberikan jalan saya untuk bisa sampai di Puncak
Mahameru, Insya Allah banyak hikmah. Dan satu lagi, bisa jadi kemarin-kemarin
saya meminta kepada Allah untuk di sampaikan di puncak Mahameru saja. dan tidak
berdo’a untuk bisa dilihatkan sunrise dari Mahameru itu sendiri. Haaah, Insya
Allah lain kali do’a yang akan saya panjatkan akan saya lebih rincikan lagi
deh. hhe
Ini ceritaku, apa
ceritamu ?
hehe, Makasih Banyak Sob.
BalasHapus#3cm
BalasHapus