Love is Journey

Kamis, 30 Januari 2014

Menggapapai Puncak Tertinggi Pulau Jawa ''Mahameru''


Untuk bisa sampai di Kota Malang bukan merupakan hal yang mudah bagi kami bertiga saat itu. Karena pada waktu itu keberangkatan kami berbarengan dengan waktu libur panjang, jadi semua transportasi sudah penuh dengan orang-orang yang akan pergi mudik dan liburan. tiket Kereta Api ke Malang pun tak luput dari serbuan masa, bahkan tiket Bus yang bisa di bilang lebih mahal bagi kebanyakan masyarakat kelas menengah ternyata sudah ludes terjual sejak dua minggu sebelumnya. Kami pun kebingungan, dan mencoba mencari alternatif transportasi lainnya. kami pun terus berikhtiar mencari bus yang masih kosong dan ternyata masih ada Bus jurusan Bandung-Madiun yang baru terisi setengahnya, tetapi jika kami pergi ke madiun terlebih dahulu tentunya akan menambah biaya transportasi lagi di tambah jika pergi ke Madiun pun kami masih belum bisa sampai langsung ke Malang, karena masih harus melakukan perjalanan ke kota Surabaya terlebih dahulu lalu akhirnya melakukan perjalanan kembali menuju Kota Malang. Tapi tidak ada cara lain selain menaiki bus tujuan Madiun itu. Dan akhirnya kami pun memutuskan untuk merogoh kocek kantong kami lebih dalam lagi untuk bisa pergi kesana, kami yakin pasti banyak hikmah dari perjalanan ini.

Sesampainya di kota Malang, kami pun bergegas melanjutkan perjalanan ke Pasar Tumpang. Yupz, jalur ke gunung semeru dari kota malang bisa di tempuh melalui Pasar Tumpang, dengan mengendarai mobil truk atau jip yang di sewakan disana. Sekitar dua jam perjalanan melewati jalan yang cukup terjal kami pun akhirnya sampai di desa terakhir yaitu Ranu Pani.
setelah menyerahkan semua syarat-syarat administrasi untuk pendakian, kami pun sudah sangat siap untuk memulai petualangan.

Pukul 09.00 Dari Ranu Pani, semuanya dimulai dengan berjalan. Ya, setapak demi setapak, kami pun mulai mempercepat langkah yang sebelumnya begitu terasa lelah dengan perjalanan yang telah di lewati tadi. Belum terlihat memang keindahan gunung semeru yang banyak orang perbincangkan itu. Sepanjang perjalanan kami selalu bercakap-cakap tentang rasa penasaran kami yang begitu sangat menggebu terhadap gunung ini. ‘’Bisa nggk ya kita sampai di puncak?’’ ucap temanku sebari menundukan badannya.  ‘’Insya Allah, tugas kita sekarang adalah Ikhtiar akhi, untuk hasilnya kita serahkan ke Allah saja’’ tegas ku kepadanya. Tak ada yang istimewa memang di sepanjang perjalanan ini, pemandangannya pun sama saja seperti perjalanan ke gunung-gunung lainnya, berjalan mengitari bukit-bukit yang lumayan terjal. 

Setelah sekitar tiga jam kami melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, pada pukul 12.00 siang akhirnya kami pun sampai di Surganya Gunung Semeru, yaitu Danau Ranu Kumbolo. Kini terjawablah sudah pertanyaanku selama ini.  mengapa banyak sekali orang berbondong-bondong ingin mengukirkan langkahnya di sepanjang perjalanan menuju puncak Mahameru, dan jawabannya sederhana, mereka hanya ingin menorehkan nama mereka dalam keindahan lukisan sang pencipta serta mengukir jejak dan mengabadikannya. Begitu indah ternyata Ranu Kumbolo, dikelilingi oleh bukit-bukit terjal yang dilapisi dengan rerumputan hijaunya. Suara burung pun seolah menyambut kedatangan kami kesana. Udara yang begitu sejuk, air yang sangat jernih dan hamparan langit yang biru membius kami untuk beristirahat sejenak melepas rasa lelah setelah perjalanan yang cukup panjang. 



Setelah memulihkan tenaga dengan beristirahat di Ranu Kumbolo kami pun bergegas melanjutkan perjalanan selanjutnya yaitu menuju Kalimati. Kalimati terletak tepat di bawah kaki gunung semeru yang membutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan dari Ranu Kumbolo. Kalimati adalah tempat yang biasanya dijadikan pemberhentian terakhir untuk mendirikan tenda sebelum para pendaki melakukan sumit atack pada malam harinya. Beranjak dari Ranu Kumbolo kami pun  melewati Rintangan pertama melewati Sebuah tanjakan yang sangat terjal dan curam yang belakangan ini menjadi sebuah ikon dari Ranu Kumbolo. Yaitu Tanjakan Cinta. Tanjakan yang penuh dengan cerita mistis yang romantis. Ya, pasti teman-teman sudah mengetahui mitos tersebut. Penuh perjuangan memang untuk menaiki tanjakan ini. Selain kecuramannya yang mnghabiskan tenaga, beban barang yang dibawa pun menjadi salah satu penyebab kami agak lama melewati tanjakan ini.
Namun ternyata keindahan gunung semeru tak habis di Ranu Kumbolo saja. setelah bersusah payah melewati tanjakan yang sangat romantis (Tanjakan Cinta) kami langsung disuguhi hamparan padang savana yang begitu indah dengan di tumbuhi bunga-bunga lavender yang baru mau mulai mekar. Oro-oro ombo nama tempat ini. kami masuk kedalam hamparannya, menyelami keindahan setiap rantingnya, dan menelusuri setiap jalan setapak yang diberikannya. Seperti masuk kedalam sebuah labirin, kami hanya di tuntun oleh satu jalur jalan setapak dengan ranting-ranting dari bunga lavender yang tingginya sama dengan tinggi kami. Haaah begitu kecilnya kami dan begitu luasnya Bumi Allah ini. tak ada kekuatan yang mampu menandingi kekuatan Allah SWT yang maha besar.

 

Sekitar 20 menit kami berjalan melewati oro-oro ombo, selanjutnya kami melakukan perjalanan seperti biasa melewati bukit-bukit yang cukup terjal yang sangat melelahkan. Perjalanan kali ini ternyata melebihi target yang sebelumnya telah diperkirakan hanya 3 jam perjalanan. Nyatanya 4 jam perjalanan kami tempuh untuk sampai di kali mati, kendalanya adalah cuaca yang tiba-tiba berubah menjadi begitu gelap dan sangat dingin serta di tambah hujan yang cukup lebat membuat kami semakin bersusah payah penuh perjuangan untuk sampai disana.
Sekitar pukul 18.20 kami pun sampai di kalimati dan langsung mendirikan tenda. Setelah tenda berdiri kami cepat-cepat menyiapkan makanan dan mulai beristirahat karena nanti malam kami sudah harus menempuh perjalanan kembali untuk pendakian yang sesungguhnya menggapai puncak tertinggi pulau jawa, Mahameru.
Sekitar pukul 22.30 kami mempersiapkan perlengkapan pendakian kami untuk sampai di puncak. Dan pukul 23.00 kami memulai perjalanan yang sesungguhnya. Malam itu udara begitu dingin sampai terasa menusuk tulang. Cuaca di Kalimati saat itu cukup mendung, tapi kami berharap semoga di puncak sana bisa melihat sunrise Mahameru yang selama ini kami impi-impikan. Sekitar 2 jam perjalanan mendaki curamnya jalan setapak di kaki gunung semeru ini akhirnya sampailah kami di tantangan yang sesungguhnya. Kami tiba di jalur pendakian yang di penuhi dengan pasir dan bebatuan. Tak ada pohon disana, yang ada hanya tepian jurang dan pasir yang begitu memberatkan kami. Sungguh perjalanan yang luar biasa, setelah seharian kami berjalan kaki dengan penuh susah payah sekarang tiba saatnya kami berada di tantangan akhir menuju puncak Mahameru. Tetapi justru yang paling berat dan paling mengesankan bagi kami adalah pada saat melakukan sumit atack ini, aksi kami ini terbilang super nekad, disaat orang lain turun kembali dikarenakan badai yang tiba-tiba saja datang menerpa, kami masih melanjutkan perjalanan untuk sampai ke puncak. Di mulai dengan merangkak naik sampai berguling-gulingan, ini lah saat yang luar biasa bagi kami. Sampai-sampai saya pribadi sempat ketiduran pada saat beristirahat di sela-sela bebatuan, untung saja ada seorang pemuda yang membangunkan saya. Oya pada saat sumit atack kami bertiga berpisah dijalan dan suhu pada saat itu adalah -5 derajat celcius. Gelap pada saat itu, waktupun menunjukan pkl 05.00 dan tak ada perkembangan tentang cuaca, masih tetap dalam keadaan badai yang cukup besar. Saya pun melakukan solat subuh di perjalanan, sebari terduduk lesu dan badan yang di penuhi dengan pasir saya pun berdo’a semoga bisa disampaikan ke tempat tujuan saya yaitu puncak Mahameru. Sekitar satu jam perjalanan saya belum juga sampai di puncak, yang ada badan terasa semakin membeku, bahkan kedua jari-jari tangan saya sempat tak bisa di gerakan. Air dari hidung pun terus keluar, haaaah entah sedang dalam keadaan apa saya waktu itu. Tak pernah saya merasakan udara sedingin kulkas ini, tak pernah saya lemas karena kedinginan seperti ini dan tak pernah saya susah bernafas karena begitu senyapnya udara pagi pada waktu itu. 

Keyakinan saya yang bisa membawa saya ke tempat ini (Semeru). Dan saya yakin, keyakinan ini pula yang akan membawa saya ke puncak tertingginya. Sekitar pkl 06.30 akhirnya mimpi saya di tahun 2013 ini pun bisa tercapai. kami sampai di puncak tertinggi Pulau Jawa. Badan yang di penuhi dengan pasir, rambut yang di penuhi dengan embun, dan wajah yang sangat kotor sekali menjadi saksi perjuangan kami. 

Sempat menitikan air mata, karena pada waktu itu badai semakin mengganas. Saya tak bisa melihat keindahan sunrise Mahameru, semuanya gelap di penuhi kabut serta angin besar dan saya pun harus cepat-cepat bergegas turun sebelum mati kedinginan di tempat ini. Serasa perjalanan saya ini sia-sia tak ada gunanya. Tapi ternyata bukan itu esensinya, Allah telah memberikan jalan saya untuk bisa sampai di Puncak Mahameru, Insya Allah banyak hikmah. Dan satu lagi, bisa jadi kemarin-kemarin saya meminta kepada Allah untuk di sampaikan di puncak Mahameru saja. dan tidak berdo’a untuk bisa dilihatkan sunrise dari Mahameru itu sendiri. Haaah, Insya Allah lain kali do’a yang akan saya panjatkan akan saya lebih rincikan lagi deh. hhe 
Ini ceritaku, apa ceritamu ?

2 komentar: