Love is Journey

Jumat, 19 Juni 2015

Karena Diam Sebuah Penghianatan
Oleh : Ahmad Fauzi Ridwan
Bagai disambut air yang tenang, mahasiswa seolah merasa nyaman, senyap dan lupa akan fungsinya sebagai pengontrol dan pengawas kebijakan negara. Terkadang perbedaan zaman di jadikan alasan untuk mahasiswa berleha-leha, terkadang juga fokus pada cita-cita membuatnya lupa bahwa ada kontribusi mulia yang harusnya mereka jaga. Menelaah lebih jauh lagi tentang pergerakannya, mahasiswa kini tetap konsisten dan progresif, tetapi sayangnya hanya sebagian kecil mahasiswa yang sadar pentingnya pergerakan dalam ranah kepentingan publik.
Dengan sejuta persoalan yang menerpa bangsa, apakah kita pernah merasa berdosa? Saya kira tidak, kebanyakan dari kita hanya menunjukan rasa prihatin dan iba nya saja, tak sedikit pun dosa atau beban terasa di pundak kita. Padahal menjadi seorang mahasiswa itu sangatlah berat, harus menanggung beban dimana-mana, selain beban akademik dan beban tanggung jawab kepada keluarga, satu lagi beban yang harusnya bisa kita tetap angkat hingga sampai ke tujuannya, yaitu beban mengurusi bangsa.
Kasarnya, walaupun kita tidak melakukan kontribusi untuk pergerakan, perubahan itu akan tetap terjadi, tetapi masalahnya, apakah kita berada di sana sebagai seorang yang kontributif? Yang di kenang sejarahnya? Atau hanya sekedar hidup lalu dilupakan? Entahlah, yang jelas kita sebagai mahasiswa harus senantiasa berbicara di barisan paling depan, mengungkap kedzaliman-kedzaliman yang terjadi dan menyelesaikannya sebagai sebuah keebermanfaatan untuk umat. Tidak Diam, karena diam itu sebuah penghianatan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar