Karena Diam Sebuah Penghianatan
Oleh : Ahmad Fauzi Ridwan
Bagai disambut air yang tenang, mahasiswa seolah merasa nyaman,
senyap dan lupa akan fungsinya sebagai pengontrol dan pengawas
kebijakan negara. Terkadang perbedaan zaman di jadikan alasan untuk
mahasiswa berleha-leha, terkadang juga fokus pada cita-cita
membuatnya lupa bahwa ada kontribusi mulia yang harusnya mereka jaga.
Menelaah lebih jauh lagi tentang pergerakannya, mahasiswa kini tetap
konsisten dan progresif, tetapi sayangnya hanya sebagian kecil
mahasiswa yang sadar pentingnya pergerakan dalam ranah kepentingan
publik.
Dengan sejuta persoalan yang menerpa bangsa, apakah kita pernah
merasa berdosa? Saya kira tidak, kebanyakan dari kita hanya
menunjukan rasa prihatin dan iba nya saja, tak sedikit pun dosa atau
beban terasa di pundak kita. Padahal menjadi seorang mahasiswa itu
sangatlah berat, harus menanggung beban dimana-mana, selain beban
akademik dan beban tanggung jawab kepada keluarga, satu lagi beban
yang harusnya bisa kita tetap angkat hingga sampai ke tujuannya,
yaitu beban mengurusi bangsa.
Kasarnya, walaupun kita tidak melakukan kontribusi untuk pergerakan,
perubahan itu akan tetap terjadi, tetapi masalahnya, apakah kita
berada di sana sebagai seorang yang kontributif? Yang di kenang
sejarahnya? Atau hanya sekedar hidup lalu dilupakan? Entahlah, yang
jelas kita sebagai mahasiswa harus senantiasa berbicara di barisan
paling depan, mengungkap kedzaliman-kedzaliman yang terjadi dan
menyelesaikannya sebagai sebuah keebermanfaatan untuk umat. Tidak
Diam, karena diam itu sebuah penghianatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar